Review

Barbara Dennerlein – Love Letters

Penulis berpendapat, organis dari Jerman ini layak disebut dengan Khalid Yasin-nya (Larry Young) era sekarang ini. Dalam arti semangat kreatifitas yang ada dalam diri Dennerlein bukan sebagai plagiator semata. Hal tersebut juga sedikit membedakan dengan organis yang sekarang juga sedang naik daun seperti Joey DeFransisco. Sedikit berbeda dengan John Medeski, Dennerlein lebih menekankan gaya yang lazim dalam permainan organ namun dengan spirit yang ingin selalu memperbarui dan reflektif dengan para pemain organ senior pendahulunya.

Sudah banyak karya yang pernah dihasilkan dengan berbagai variasi corak musiknya maupun dengan para pendukungnya. Untuk album terbarunya ini dia hanya tampil duet bersama seorang drummer 38 tahun asal Buenos Aires Argentina yang saat ini menetap di Jerman bernama Daniel Massina. Perlu diingat bahwa produk organ legendaris Hammond B-3 sudah termasuk bass pedal. Jadi formasi ini terasa diperankan oleh sebuah formasi trio. Bahkan setelah mendengarkan secara keseluruhan album ini, seolah-olah malah seperti sedang mendengarkan orkestra atau pun kelompok quartet dan quintet. Untuk urusan gaya permainan bass pedalnya Dennerlein sudah tidak disangsikan lagi. Bisa dikatakan mendekati dengan permainan bass jika dilakukan oleh seseorang musisi jazz secara langsung. Terdapat karakter dan penjiwaan yang kuat dari permainan bass pedalnya. Dalam komposisi ‘Jimmy’s Walk’, Dennerlein memperlihatkan juga keahliannya dalam solo “bass” secara singkat dan dalam ‘Black Narcissus’ penampilannya berfungsi sebagai countermelody.

‘Funkish’ yang memang funky namun tetap dilandasi dengan semangat berimprovisasi yang tinggi. Komposisi ‘Love Letter’ merupakan ungkapan Dennerlein tentang totalitas dan kecintaannya terhadap musik, orang-orang yang tetap membuka hatinya untuk perjalanan kariernya dan hewan peliharaannya yang selama ini sudah banyak menghibur hatinya. Untuk menambah lapisan suara, pada awal lagi ini dia menggunakan synthesizer sedangkan pada bagian tengahnya Massina menunjukan keganasannya dalam bermain drum dalam kontek jazz rock yang menonjol.

Gaya campuran antara latin dan bebop muncul dalam ‘Tamburo’. Dalam komposisi ini Dennerlein mulai menunjukan sikapnya sebagai pemain organ yang handal dalam mengadaptasikan dan mengolah kemampuannya dengan kondisi sekarang ini. ‘Frog In Space’ kedua musisi kelihatannya mencoba untuk lebih peka lagi dalam berkomunikasi. Suasana seperti dalam film-film luar angkasa berbaur dengan nuansa pop. Sayangnya, Messina tidak banyak mengeksplorasi suara-suara perkusinya untuk memperjelas dan manambah lapisan suara yang ada. ‘Pendel Der Zelt’ tampil dramatis terutama didukung dengan melodi yang keluar dari organnya dan dentuman pedal bass seperti musik-musik psikadelik.

Bagi penulis, Barbara Dennerlein sangat berpengaruh dalam mempengaruhi penilain dan selera penulis terhadap organis. Awalnya sulit menerima suara organ dalam musik jazz yang terkesan tersendat-sendat. Namun setelah mendengarkan salah satu album Dennerlein yang berjudul ‘Straight Ahead’ (Enja) ternyata dapat mengubah penilaian penulis yang sempit tersebut. Dia mempunyai jangkauan improvisasi dan suara yang lebar dan dinamis. Album ini masih cukup bagus meskipun disarankan cari album-album awalnya

Barbara Dennerlein – Love Letters
BEBAB 250969

Komposisi:
1. Funkish
2. Love Letters
3. Tamburo
4. Black Narcissus
5. Jimmy’s Walk
6. Summer Day
7. Frogs in Space
8. Yes or No
9. Pendel Der Zeit


Musisi :
Barbara Dennerlein: Hammond Organ and Bass Pedals
Daniel Messina:
Drums & Percussion

Ceto Mundiarso

Pencinta buku yang banyak menelisik filosofi. Pernah menghadiri Konferensi Ekonomi Kreatif di Inggris. Merupakan bagian penting pada riset di WartaJazz

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker