Review

Kenny Garrett – Beyond The Wall

Dikenal sebagai alto saxophonis muda yang mempunyai energi tinggi dan kemampuan dalam berimprovisasi secara spontan secara mengagumkan. Sepanjang kariernya, musisi kelahiran tahun 1960 ini pernah tampil bersama para musisi jazz legendaris sekelas Miles Davis, Freddie Hubbard, Woody Shaw, Chick Corea, McCoy Tyner, Ron Carter, Elvin Jones dan masih banyak lagi. Tanpa banyak kata, hal tersebut sudah kuat untuk membuktikan kepiwaiannya dalam bermain musik jazz.

Dia sendiri pada dekade 1990an, sering disebut sebagai salah satu “young lion”, sebutan untuk para musisi jazz muda berbakat sekitar dekade 1980an dan 1990an  yang kebanyakan memainkan style neo-bop serta diperkirakan mempunyai prospek potensial di masa mendatang, oleh banyak pecinta maupun kritisi musik jazz terkemuka.

Sampai saat ini Garrett sudah menghasilkan 11 album solo yang cukup banyak mendapatkan perhatian publik musik jazz internasional. Album terakhirnya adalah “Beyond The World” yang dikeluarkan pada bulan Agustus 2006 lalu. Sekaligus juga menandakan untuk pertama kali dia ditangani oleh label Nonesuch yang sebelumnya menetap cukup lama dengan Warner Bros.

Rupanya, bagi Kenny Garrett benua Asia merupakan tempat yang sudah tidak asing lagi. Album ini terinspirasi dari kunjungannya ke China pada tahun 2005. Di mana dalam kunjungannya tersebut, Garrett juga mencoba untuk berinteraksi dengan beberapa penduduk China serta sempat mengamati beberapa aspek kebudayaan dan spiritual masyarakat China pada umumnya. Garrett mencoba untuk mengintegrasikan kemampuannya dengan apa yang dapat dia peroleh dari pengalamannya tersebut yang dituangkan dalam bentuk nada – nada yang menakjubkan. Tentu saja sebagai unsur yang paling menonjol dalam album ini adalah semuanya terbingkai dalam kaidah modal jazz yang dikembangkannya secara luas dan fleksibel. Album ini sendiri dijadikan sebuah penghargaan untuk seorang pianis jazz legendaris generasi awal yang mengembangkan modal jazz yaitu McCoy Tyner.

Sumber inspirasi seperti disebutkan diatas rupanya juga tidak disia – siakan oleh Garrett dalam memilih siapa saja musisi pendukungnya. Tidak tanggung – tanggung, Garrett mengajak saxophonis free jazz terkemuka seperti Pharoah Sanders atau pun vibraphonis jazz legendaris Bobby Hutcherson. Selain itu, peran kunci lain dipegang oleh para musisi jazz terkenal seperti Mulgrew Miller, Robert Hurst dan Brian Blade. Untuk memperkaya warna musiknya, dia mengajak beberapa vokalis, pemain erhu (instrumen gesek tradisional China), harpa, cello dan biola.

Garrett (track kiri) dan Sanders (track kanan) tampil bersama dalam tembang pembuka ‘Calling’ yang sangat terasa aroma akan kekhasan John Coltrane dalam tempo 6/8. Peran Miller juga mengingatkan kita akan pendekatan gaya permainan McCoy Tyner dalam berimprovisasi. Nuansa yang sama juga dapat ditemukan dalam ‘May Peace Be Upon Them’. Sementara ‘Beyond The Wall’, Miller dan Garrett kembali beraksi menunjukan kekuatan dengan ekspresif. Sekilas komposisi ini justru memperlihatkan adanya kecenderungan gaya be-bopnya menjadi lebih tajam dan keras. ‘Qing Wen’ tampil sedikit menjadi penetralisir dua lagu sebelumnya yang padat muatan. Melodi komposisi ini jelas terpengaruh dari musik tradisional China. Namun bentuk harmoni dan improvisasinya dikembangkan menjadi erat dengan skala modal jazz. Voice dalam lagu ini dimainkan oleh Nedelka Echols.

Tentu akan memerlukan waktu yang panjang untuk mampu memahami semua aspek tradisi dan spiritual China bagi orang asing, termasuk Garrett sendiri. Secara sederhana dan singkat, Garrett mempunyai ekspresi mengenai aspek – aspek tersebut. Seperti yang diungkapkannya dalam ‘Realization (Marching Toward the Light)’. Sebuah tembang yang cukup menyentuh dan introspektif, ‘Tsunami Song’. Sebuah tembang untuk mengingatkan kita akan kelemahan dan ketidakberdayaan kita sebagai manusia, terutama dalam menghadapi fenomena alam seperti yang telah terjadi di kawasan Asia Tenggara pada Desember 2004 lalu. Dalam kesempatan ini, Garrett tampil bermain piano dengan didukung oleh para pemain alat gesek, harpa dan erhu. ‘Kiss To The Skies’ tampil seolah – olah mengajak kita untuk merenung atau bermeditasi bersama dengan iringan musik yang segar.

Beberapa penampilan para vokalis dalam beberapa komposisi di album ini rupanya juga dapat diintepretasikan dengan sebuah tempat bertemu antara kebudayaan China dan Afrika. Di mana peran voice lebih dekat menarik kita akan sesuatu yang diasosiasikan dengan khas musik gospel. Seperti yang tampak dalam ‘Gwoka’.

Album ini dapat dikatakan sebagai album masterpiece di antara album – album Kenny Garrett yang lain. Ada semacam dunia lain dengan apa yang pernah digarap olehnya. Para musisi lainnya juga membantu mempertegas pesan – pesan yang ingin disampaikan. Namun yang agak disayangkan di sini justru peran Sanders yang kurang signifikan, meskipun tampil di lebih dari setengah album ini. Ketika menjelang akhir tahun 2006 lalu, panitia Grammy Awards mengumumkan bahwa album ini masuk dalam daftar nominator Grammy Awards ke 49 dalam kategori Best Jazz Instrumental Album, Individual or Group.

Nonesuch, 2006

 

Komposisi:
1.Calling
2. Beyond the Wall
3. Qing Wen
4. Realization (Marching Toward the Light)
5. Tsunami Song
6. Kiss to the Skies
7. Now
8. Gwoka
9. May Peace Be Upon Them
Musisi :
Kenny Garrett (alto saxophone & piano); Pharaoh Sanders (tenor saxophone); Mulgrew Miller (piano); Robert Hurst III (bass); Brian Blade (drums); Bobby Hutcherson (vibes); Ruggerio Boccato (percussion); Nedelka Echols, Genea Martin, Kevin Wheatley, Arlene Lewis, Geovanti Steward, Dawn Caveness (voice); Guowei Wang (erhu); Jonathan Gandelsman (violin); Neil Humphrey (cello); Susan Jolles (harpa).

Ceto Mundiarso

Pencinta buku yang banyak menelisik filosofi. Pernah menghadiri Konferensi Ekonomi Kreatif di Inggris. Merupakan bagian penting pada riset di WartaJazz

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker