Arief Setiadi – Little Russel
Sosok Arief Setiadi dikenal publik jazz lokal dalam trio Philosophy, yang digagasnya bersama Bintang Indrianto sebagai pencabik bass dan Gerry Herb pada posisi drummer. Dalam grup ini, Arief Setiadi adalah peniup saksofon, instrumen andalannya.
Di tahun 2007, Arief meluncurkan album pertamanya yang berjudul Jazzy Sax setelah terlebih dahulu berkolaborasi dengan Bintang Indrianto dengan JazzyBass dan JazzyDuet – album yang ‘sold out’.
Kini ia kembali hadir lewat album gres dengan tajuk Little Russel. Jika dilihat dari kontennya, Little Russel sejatinya adalah album solo yang mendedahkan performa Arief melalui beberapa instrumen tiup dengan konsep minimalis.
Album ini diawali dengan “Lonely” dalam format solo saksofon tenor, dan sesuai judulnya merupakan gambaran sebuah kesepian bernuansa balladic. Permainan flute dapat disimak dalam “Baroque Ah” yang bergaya musik barok dan “To Get Her (Together)” berpadu dengan alat musik tradisional seperti gender dan kendang ataupun gondang batak. Penerapan teknik embouchure secara ekstensif diselingi tepukan jari untuk memberikan efek perkusif pada flute terdengar pada “I Got It”, namun masih belum terbaca jelas sintaksis musikal komposisi ini, mengapa di dalamnya tersemat soundscape desir ombak dan nyanyian burung.
Entah (judul) plesetan atau ekspresi denotatif, yang jelas dalam “Sax Education” Arief beralih instrumen ke saksofon alto, dimainkan tunggal dan sesekali meraung bahkan menjerit. Tidak cukup dengan ragam tenor maupun alto, “My Ship” menyuarakan tiupan saksofon baritone berduet dengan drum sekaligus mengingatkan akan Gerry Mulligan dalam alunan swing. Iringan piano berkarakter kontemplatif lewat block chord dan sustain panjang terasa menyejukkan pada “Little Russel” dan Arief kembali menggunakan saksofon alto yang kini terdengar lirih.
Album ini diakhiri dengan “Start a Day”, kalau dicermati hanya terdiri dari tiga elemen bunyi yaitu deru mesin mobil, klakson, dan instrumen tiup yang kemungkinan besar adalah ocarina. Tiupan nada pentatonis terasa seperti folk song dengan kesan ceria, mengalir tanpa jeda hingga akhir serta dilatari bunyi mesin dan klakson – seolah menjadi cerminan aktifitas seorang Arief Setiadi untuk mengawali hari.