Abbey Lincoln – Painted Lady
Pada tanggal 14 Agustus 2010, delapan hari setelah menginjak usia 80, nafas terakhir ia hembuskan. Dunia pun meratapi kepergian itu. Semasa hidup, dirinya acap kali melukis. Lukisan berupa erangan, vokal dramatis, serta geraman yang menyuarakan solidaritas dan persamaan hak – pada sebingkai kanvas bernama jazz. Benar, Anna Marie Wooldridge yang dikenal dengan Abbey Lincoln, telah tiada. Namun, semangatnya tetap hidup dalam aneka “lukisan” yang bisa kita apresiasi. Salah satunya terdapat pada album berjudul Painted Lady ini.
“Jangan menilai buku (album) dari sampulnya” adalah sebuah idiom yang umum diucapkan untuk menegaskan bahwa penilaian atas sesuatu mestinya melampaui apa yang terlihat mata. Pengecualian untuk album ini. Kover bergaya naif dalam goresan krayon begitu menarik seolah tersirat suasana hati sang empunya album, sebati dengan keaktifan Abbey selaku pelukis. Kali ini ia menggandeng saksofonis Archie Shepp pula Roy Burrows (trumpet), Hilton Ruiz (piano), Jack Gregg (kontrabas), dan Freddie Waits (drum) dalam enam lagu yang tersaji apik.
Abbey Lincoln menjadi pusat perhatian waktu ia berkolaborasi dengan drummer jenius Max Roach dan veteran saksofonis tenor Coleman Hawkins pada We Insist! Max Roach’s Freedom Now Suite (Candid Records, 1960). Album itu merupakan hantaman keras sebagai respon atas memanasnya isu-isu pergerakan hak sipil di Amerika Serikat. Teriakan (secara literal) Abbey terdengar lantang dalam trek “Triptych: Prayer/Protest/Peace” sebagai refleksi ketertindasan orang kulit hitam Amerika, sekaligus batu pijakan Abbey untuk terlibat aktif pada perjuangan politik melawan rasisme di negeri Paman Sam tersebut hingga tutup usia.
Jika We Insist! kental bernuansa politis, lain halnya dengan Painted Lady. Album ini sifatnya lebih personal, sebagai bentuk aktualisasi diri lewat empat buah ballad dan dua nomor swing yang tiga diantaranya ditulis oleh Abbey. Lagu pembuka adalah ballad “Sophisticated Lady” dari Duke Ellington dan Irving Mills, tambahan lirik oleh Mitchell Parish. Muatan emosi disampaikan melalui vokal lirih, terselip hembusan saksofofon tenor dan trumpet melankolis. Jelas bahwa Billie Holiday adalah inspirasi terbesar, itupun diakui oleh Abbey namun ia bukanlah seorang impersonator (peniru). Meskipun punya timbre serupa, namun ia tetap menjadi unik dengan frase-frase khas dan lagu gubahannya sendiri.
Individualitas seorang Abbey Lincoln dapat terlihat di nomor swing “Painted Lady on the Stage” dan “Throw Away” yang bluesy. Kepiawaian berolah vokal membuat tiap baris syair penuh maknanya. Nestapa yang teramat sangat digambarkan dengan indah pada “What are You Doing the Rest of Your Life”, semakin menyayat hati ketika terdengar gesekan kontrabas oleh Jack. Lagu “Golden Lady” milik Stevie Wonder pun dinyanyikan Abbey, interpretasi menarik bisa dijumpai dalam penggalan lirik “…a touch of rain and sunshine made the flower glow, into a lovely smile that blooming…” yang membawa kembali kepada kulit muka album ini.
Lagu terakhir “Caged Bird” ditampilkan secara naratif. Menggunakan head sederhana berupa trinada A♭ – C – E♭ – (A♭) dalam As Mayor yang mengayun swing, Abbey memberi kejutan dengan menirukan suara burung, terdengar seperti burung gagak yang ingin lepas, terbang bebas dari sangkarnya. Tema utama kembali dilantunkan dengan gumaman hingga selesai. Dan kini, Abbey Lincoln tetap bernyanyi bersama Sarah Vaughan, Ella Fitzgerald, Betty Carter, dan pujannya, Lady Day – dalam keabadian.
Album : Painted Lady
Label : Marge Records, 1980
1. Sophisticated Lady (Duke Ellington/Irving Mills/Mitchell Parish)
2. Golden Lady (Stevie Wonder)
3. Painted Lady on the Stage (Abbey Lincoln)
4. Throw It Away (Abbey Lincoln)
5. What Are You Doing The Rest of Your Life (Michel Legrand/Alan & Marilyn Bergman)
6. Caged Bird (Abbey Lincoln)
bro klo mo beli albumnya dmana yah ?