Review

Andy Suzuki – Prime

Lenggang Jazz dalam Filosofi Bilangan Prima

Album   : Prime
Label    : Manasus Music, 2007

2. Machine Language
3. Good Things …
5. Four Fingers and a Thumb
7. Lady Luck
11. One Broken
13. Triskaidekology
17. Tombstone

Andy Suzuki - Prime
Andy Suzuki – Prime

Barangsiapa memilih musik sebagai jalan hidup karena alergi, atau supaya terhindar dari yang namanya matematika, sebaiknya mencari alasan lain. Apa sebab? Lantaran musik dan matematika adalah dua unsur yang tak terpisahkan, keduanya saling berkaitan. Musik adalah bunyi dan hening yang termanifestasi dalam waktu, baik durasi maupun tempo. Filsuf Yunani Pythagoras bahkan mengasosiasikan musik dengan matematika, ia begitu terobsesi dengan rasio dan beragam sistem penalaan serta kaidah harmoni yang dikenal kini, bersumber dari buah pikirannya. Pada abad 16 Johann Sebastian Bach mengukir sejarah dengan menggubah The Well-Tempered Clavier (BWV 846-893, 1722) meliputi keseluruhan 24 kunci mayor dan minor secara matematis (Keith Jarrett memainkan komplit dalam Bach: Well-Tempered Clavier Book 1 & 2, ECM Records, 2000). Karyanya itu menginspirasi sebagian komposer di abad 20, bisa disimak dalam komposisi musik-matematis secara ekstrim lewat kreasi Arnold Schoenberg, Iannis Xenakis, Milton Babbit, atau Philip Glass.

Inkorporasi tersebut diletakkan dalam taraf yang lebih lanjut oleh komposer-saksofonis-flutis Andy Suzuki. Lewat album bertajuk Prime, ia berpijak pada kaidah bilangan prima secara komprehensif. Seperti diketahui bahwa bilangan prima adalah “sebuah bilangan asli (lebih besar dari 1) yang hanya dapat dibagi oleh angka 1 dan bilangan itu sendiri.” Untuk memperjelas itikadnya, Andy mengurutkan ketujuh trek (tujuh merupakan bilangan prima!) dalam deret 2, 3, 5, 7, 11, 13, dan 17. Meskipun terlihat kompleks, namun tak perlu frustrasi karena di album ini musiknya terbilang ramah di telinga. Artinya, anda dapat menyimak dengan seksama – tanpa bantuan kalkulator.

Kepiawaian Andy dalam urusan komposisi patut diacungi jempol, alih-alih “menghajar” telinga lewat musik yang mustahil didengar, ia tetap mengobarkan semangat jazz berkemas post-bop, fusion, hingga ballad. Di album ini Andy mendapat dukungan Steve Huffsteter (trumpet, flugelhorn), Nick Manson (Fender Rhodes), Dean Taba (kontrabas), dan Kendall Kay (drum).

Pembuka album ini adalah “Machine Language” yang berbicara tentang bilangan dua (angka 2 merupakan urutan pertama bilangan prima, dan satu-satunya bilangan genap). Sistem bilangan biner yang ditemukan oleh matematikawan Jerman Gottfried Wilhem Leibniz (1646-1716) pun terdiri hanya dari dua angka, yaitu 0 dan 1. Persamaan 10 = (1 x 23) + (0 x 22) + (1 x 21) + (0 x 20) yang mendasari “bahasa (mesin) komputer” dijabarkan dalam wujud bunyi oleh Andy menggunakan sistem yang dibuatnya sendiri. Paling kentara adalah penggunaan tangga nada whole-tone serta musik simetris.

Komposisi kedua “Good Things …” memiliki durasi terpanjang, lebih dari sepuluh menit. Mengalir dalam irama waltz bersukat bilangan tiga, bisa disimak solo flugelhorn Steve, saksofon sopran Andy serta efek sustain Rhodes Nick yang mendenting. Frase melodi lagu rakyat Finlandia (ibunda Andy Suzuki adalah orang Finlandia – red.) terdapat pada “Four Fingers and a Thumb”, melaju swing dengan ritmis hitungan lima. Atraksi Fender Rhodes jelas terasa di nomor “Lady Luck” berdetak latin dan funk serba tujuh namun dalam selit belit ritme 11/16, 3/16, 13/16, 7/4, 7/8, dan 7/16.

Trek ke-“sebelas” berjudul “One Broken” dibawakan secara ballad, makin indah dengan hembusan flute Andy serta tiupan muted trumpet Steve. Rahasianya adalah pengulangan tema tiap sebelas birama serta aplikasi akor dominan 11 (sebagai contoh, jika dibunyikan dalam kord C, maka C11 berisi C- E♭-G- B♭- D-F). Bagi anda yang mengalami triskaidekaphobia (takut akan nomor 13) nampaknya perlu menyimak komposisi “Triskaidekology” ini. Dalam bahasa Yunani, triskaideka berarti tiga belas dan logos adalah studi. Maka pada trek ini segalanya berhubungan dengan angka 13. Menurut Andy, komposisi tersebut adalah “bebop absurd” yang diawali dengan permainan solo drum sebanyak 13 birama. Terdengar pula liukan saksofon tenor Andy mengacu kepada “sheets of sound” khas John Coltrane dan aksi memikat Dean Taba lewat betotan kontrabas. Selain itu, total not yang dibunyikan dalam melodi berjumlah 195 (15×13). Silakan hitung jika anda meragukannya.

Akhirnya “Tombstone” menutup album ini, bernuansa tango yang terasa kelam dan elusif. Acuan terhadap nomor tujuh belas diuraikan lewat beat terbagi atas tiga birama 4/4 dan satu birama 5/4. Apabila dibuat persamaan menjadi (3×4/4) + (1×5/4), maka 12/4 + 5/4 = 17/4. Irama tersebut dikawal secara ostinato oleh drum, kontrabas, dan Rhodes sementara tema dihembuskan flugelhorn dan saksofon tenor berbunyi unison juga tukar-menukar performa solo antar keduanya. Komposisi ini merupakan bentuk sanjungan kepada matematikawan-ilmuwan Jerman Johann Carl Friedrich Gauss (1777-1855) yang dijuluki Princeps mathematicorum (the Prince of Mathematicians). Kakkoii, Andy!

***

Ada baiknya untuk menelusuri penjabaran Andy Suzuki perihal album Prime ini. Dijelaskan secara rinci pada halaman yang bisa diakses lewat tautan berikut: Inside “Prime”.

Thomas Y. Anggoro

Lulusan ISI Yogyakarta. Telah meliput festival di berbagai tempat di Indonesia dan Malaysia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker