Review

Nial Djuliarso – The Jazz Soul of Ismail Marzuki

Bagi masyarakat Indonesia, nama Ismail Marzuki (1914-1958) selalu terkait dengan sejarah perjuangan, terutama dalam kerangka waktu masa kemerdekaan. Nyata, pada lagu-lagu ciptaanya, Bang Maing banyak memuat lirik bertendensi nasionalis, patriotik, kisah cinta yang unik, hingga kejadian sehari-hari. Gubahan Bang Maing lebih sering dijumpai dalam aransemen keroncong, seriosa, ataupun orkes, alih-alih jazz. Hanya sedikit musisi jazz Indonesia yang pernah membawakan tembang Ismail Marzuki, namun setidaknya mendiang Bill Saragih pernah memainkan “Selendang Sutra,” berirama swing dalam album Bill Saragih Sings ‘n Plays (Suryanada Indah Pratama, 1997). Sedangkan Nial Djuliarso pun sempat menampilkan karya Ismail Marzuki pada kedua album terdahulu, “Juwita Malam” (Nial Djuliarso at Juilliard, 2006), dan “Sabda Alam” (New Day New Hope, 2008).

Kecintaan Nial atas komposisi Ismail Marzuki – yang menurutnya sebangun dengan “The Great American Songbook”, secara struktur – terwujud pada album ketiganya ini, The Jazz Soul of Ismail Marzuki yang mendaftar sebelas tembang Ismail Marzuki dalam aransemen segar dan variatif. Pada sampul belakang pula tertulis sub-judul tiap trek tentang nada dasar dan gaya musiknya. Album ini digarap di Lofish Studio, New York oleh Reed Taylor, dengan musisi pendukung Joonsam Lee (kontrabas), Othman Djuliarso (drum), serta saksofonis tenor Ken Fowser (khusus trek pertama).

Nomor pembuka adalah “Indonesia Pusaka” yang berdenyut shuffle (swing), melodi utama dimainkan lewat tiupan saksofon tenor Ken Fowser. Tidak melulu swing, Nial juga menyertakan irama latin dalam “Aryati,” santai bergaya rhumba dan terdengar seperti musik dansa. Riuh samba nampak pada “Jangan Ditanya” yang mengalir kencang, sedangkan irama bolero membuat melodi “Bandung Selatan di Waktu Malam” makin terasa indah. Aroma bebop tercium kuat dalam sajian “Halo – Halo Bandung” dan “Kopral Jono” yang ditampilkan lewat kecepatan tinggi secara cekatan dan presisisi. Hitungan tiga terdapat di trek “Saputangan Dari Bandung Selatan” juga “Kunang – Kunang” dengan indikasi waltz.

Canggihnya Nial bermain piano terekam jelas pada trek penutup “Sepasang Mata Bola” yang ditampilkan solo tanpa iringan terhias beat rhumba serta banyak menggunakan teknik arpeggio. Dalam nomor pamungkas ini, kentara betul bahwa ia adalah pianis jazz kawakan dengan permainan rapi pun tafsiran yang intuitif. Tentang Ismail Marzuki, Nial menuturkan, “Ia turut berjuang untuk kemerdekaan Indonesia lewat lagu dan liriknya, dan menginspirasi banyak orang untuk tetap berjuang dan tidak menyerah,” ujarnya. Terlebih, ia menegaskan, “Sebagai orang Indonesia, patutlah kita bangga memiliki seseorang macam Ismail Marzuki!” tukasnya.

Sepakat, Nial!

Album: The Jazz Soul of Ismail Marzuki
Label: Omega Pacific Production Records, 2011

01. Indonesia Pusaka
02. Aryati
03. Halo – Halo Bandung
04. Saputangan Dari Bandung Selatan
05. Selendang Sutra
06. Bandung Selatan Di Waktu Malam
07. Kopral Jono
08. Rayuan Pulau Kelapa
09. Jangan Ditanya
10. Kunang – Kunang
11. Sepasang Mata Bola

Thomas Y. Anggoro

Lulusan ISI Yogyakarta. Telah meliput festival di berbagai tempat di Indonesia dan Malaysia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker