Review

Riot: Funk, Heavy Metal, dan Tohpati Bertiga

Belum lama berselang seorang rekan terhenyak menyaksikan segerombolan remaja belasan tahun menenteng masing-masing lima laptop melintasi Croydon; sebuah adegan singkat penjarahan dari rentetan London Riot. Terpengaruh latar belakang, banyak yang salah menduga tentang potensi rusuh kumpulan orang dan skalanya. Lalu pembicaraan melenceng: jika konon seseorang adalah gitaris jazz, tertangkap kamera menahan riff berat dengan telapak tangannya dalam distorsi kasar, maka mewujudkannya sebagai proyek rekaman dengan drummer “anarkis” adalah cikal buyarnya semua praduga yang kemudian terbukti salah. Video yang diunggah dua tahun silam itu, kini berjudul “Upload“, mewakili daya “rusuh” album “Riot” (Tohpati Bertiga, 2011). Namun, dasar musisi bertanggung jawab, liarnya heavy metal pun harus tetap rapi dengan konsisten bermain bersih dalam suara cadas sekalipun, terlebih ini adalah pengambilan live yang merangkum semua atmosfer termasuk komentar-komentar usil para personil.

Sebenarnya tidak ada yang salah soal profil rock Tohpati Ario Hutomo di sini, jauh ke belakang ia juga membawakan lagu-lagu Led Zeppelin. Bahkan mungkin sebagai tribute, segmen ke tiga “Rock Camp“, semacam semester pendek rock di musim panas, yang membuka rilis ini diambil dari potongan “Immigrant Song” lengkap dengan ciri lengking ratapan Robert Plant (vokalis Led Zeppelin) dalam permainan gitar di atas ciri lainnya, ulangan riff gitar patah-patah. Nomer pembuka ini memang punya setidaknya tiga bagian progresif dengan bagian ke dua di tengahnya adalah rock and roll ceria, two beat dengan strumming khas yang populer di masa itu.

Adalah drummer Aditya Wibowo (Bowie), simpul-yang-hilang bagi senyawa rock ini. Saat pentas di Java Jazz Festival 2011 lalu ia sempat merendah dengan menyebut bahwa dirinya minder menjadi drummer Tohpati setelah nama-nama seperti Demas Narawangsa dan Echa Soemantri. Nyatanya komposisi semacam “Bertiga” menjadi utuh berkat perannya memperkaya ritme. Berpasangan dengan pemain sesi senior Indro Hardjodikoro, sohib Tohpati sejak awak karir, denyut funk dominan di album kelompok yang notabene mengandalkan hanya tiga kepala ini sukses dihantarkan. Hentak janggal “Middle East” hingga kontrasnya kontemplasi “Lost In Space” dengan banyak ruang kosong tak membuatnya kalah dari tuntutan, dua seniornya pun bisa diimbangi. Bicara “Riot“, bukankan rusuh pun urung meledak tanpa provokator?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker