Review

21 Spices: Trilok Gurtu with Simon Philips + NDR Big Band

Bahwa perang didongengkan kolosal, mengejawantah dalam “Kuruk Setra“, epik kemenangan Pandawa atas Kurawa. Trilok Gurtu awalnya menciptakan nomer tersebut dengan judul Nine Horses, “Saat Dewa Krisna memberikan realization (baca: konsep pencerahan Hindu) pada muridnya, Arjuna. Ada sembilan kuda yang dirawatnya. Singkatnya ada yang memelihara tiap-tiap kita di dalam dan bagi orang India, itu adalah Dewa Krisna.” Pada komposisi ini ia tidak terdengar memukul bayan (tabla bass) di tangan kirinya, melainkan mengambil kombinasi cantik bunyi gendutnya pada nada tinggi dayan dari tangan kanan.

Sulit menghindar dari gelitik khas funk, ragam aksen yang jatuh pada pukulan lemah detak lagu; sesuatu yang jika diulangi dengan intensif menciptakan bius groove. Trilok memang memilih jalan tabla yang bermuara pada mesin ritme yang tak kenal lelah, tak lepas dari pengalamannya bermain dengan guru fusion Joe Zawinul. Ia pun tidak bersila dalam tradisi, melainkan mengambil posisi duduk di bangku ataupun berdiri menginjak simbal high hat, memukul drum atau djembe yang mengapit kiri kanan tablanya. Tentu saja dibawanya pula aneka mainan bunyi yang bisa bangkitkan nuansa atmosfer khusus.

Dari segi melodi pun, komposisi Trilok tidak terdengar seperti dipilih dari salah satu raga klasik, terlebih dengan eksekusi seksi tiup NDR yang megah. Jejak karnatik baru jelas pada ballad pembuka “Piece of Five“, menitik tenang, Roland Cabezas memainkan gitarnya seperti baris-baris sitar, big band mundur ke latar, diimposisi atraksi tenor Lutz Büchner dalam idiom cerewet Barat. Seleksi wajib konnakol, bertabla dengan mulut, juga terekam sebagai tradisi India pada rancaknya “Beaucoup” dalam kelebat ensambel kompak yang ingatkan kita pada “Orient Express” saat bersama Zawinul.

trilok-gurtu-on-cajon-and-mix-drum-djembe-tabla-set
Trilok Gurtu memukul cajón serta set tabla yang dikelilingi drum dan djembe

Pada “Balato” Trilok duduk di atas kotak kayu perkusi cajón dan menampilkan derap ghost notes khas Simon Phillips yang kentara saat Stephen Meinberg bersolo terompet. Di tengah kembali muncul konnakol diakhiri solo drum dengan bunyi octoban yang jadi ciri set lengkap Phillips sebagai klimaks. Di belakangnya, patah-patah “Broken Rhythms” dibuka sangat jam band dengan repetisi groove pendek piano serupa “Big TimeMedeski Martin & Wood kecuali bahwa ini adalah funk India!

***

Okestra 17 instrumen big band NDR dari Hamburg plus empat anggota band di depan memang bak racikan bumbu yang pas dijuduli “21 Spice“. Bisa kita acu ONJ (Orchestre National de Jazz) di sini, proyek big band lain yang serius menggarap khazanah Timur. Band yang berbasis di Perancis ini khusus merilis “Charmediterranéen” (ECM, 2001) dalam nuansa sevisi, sama-sama Eropa serta melibatkan pemain oud Anouar Brahem. NDR sendiri punya sederet proyek bertema spesial, seperti proyek Hendrix (bersama Inga Rumpf), proyek Zappa (denga Colin Towns), proyek tango (dengan legenda Astor Piazzolla). Nama-nama seperti Maria Schneider, Omar Sosa, Nils Landgren, dan Pat Metheny juga tercatat pernah ikut berkolaborasi.

21 Spices (Art Of Groove, 2011)

1. Piece Of Five
2. Beaucoup
3. Kuruk Setra
4. Balato
5. Broken Rhythms
6. Jhulelal
7. 21 Spices

Trilok Gurtu (vokal, perkusi), Simon Phillips (drum), Michel Alibo (bass), Roland Cabezas (gitar), Konduktor big band NDR: Jörg Achim Keller

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker