Lars Danielsson – Liberetto II

Album: Liberetto II
Label: ACT Music, 2014
01. Grace
02. Passacaglia
03. Miniature
04. Africa
05. I Tima
06. II Blå
07. III Violet
08. Swedish Song
09. Eilat
10. View from the Apple Tree
11. The Truth
12. Beautiful Darkness

Dua tahun sejak seri pertama Liberetto (ACT, 2012) rilis, basis-cellis-komposer Swedia Lars Danielsson kembali hadir lewat versi pemutakhiran Liberetto II. Dengan materi komposisi jazz Eropa yang definitif seperti album terdahulu, Lars pula mengajak serta rekan musisi atas line-up serupa: pianis Tigran Hamsyan, gitaris John Paricelli dan drummer/perkusionis Magnus Öström. Tukar pemain hanyalah di posisi trumpeter, di mana Mathias Eick gantikan Arve Henriksen.
Selain itu ia menambah personel yang masing-masing berkontribusi di satu trek, yakni gitaris Dominic Miller, serta Cæcilie Norby dan Zohar Fresco selaku vokal dan penabuh drum. Dipilihnya susunan ini bukanlah tanpa alasan, Lars menginginkan pemain terbaik untuk dapat menghidupkan musik garapannya, dan ternyata pilihan tersebut sangatlah tepat.
Di album ini, alur melodi adalah titik sentral yang dapat ditemui nomor demi nomor. Semisal kepiawaian Lars merajut indahnya lantunan “Passacaglia” yang kental bernuansa Barok dan Romantik, dengan bacaan tema oleh Tigran berikut sapuan kuas drum Magnus yang aksentuatif, pula terhubung oleh petikan kontrabas empatik Lars hingga sayatan cello dan petik gitar John meliputi renungan “Miniature.”
Peran trumpeter Mathias Eick jauh dari sepele, simak tiupan khasnya atas “Grace” yang berdesir bersama jernih gitar Dominic, atau tiga nomor duet dengan Lars pada “Tima- Blå- Violet” yang penuh intimasi, juga sedu-sedan “The Truth.” Perkusionis Zohar Fresco ambil bagian dalam kehangatan Mediterania “Eilat,” sedangkan Tigran suguhkan hibrida akustik-elektrik untuk gubahan miliknya, “Swedish Song.”
Warna Liberetto II semakin kaya dengan dimainkannya “Africa” dalam irama menari juga terhias tepuk flamenco di dalamnya, serta tunjukkan betapa fasih Lars dalam memainkan cello. Menutup pertemuan adalah “Beautiful Darkness,” sejalan dengan judulnya, terasa kelam namun elok di saat yang sama. Impresi tersebut salah satunya muncul oleh alunan bening dari pita suara Cæcilie Norby, yang mengantarkan kepada detik-detik akhir album ini.