Review

Lee Morgan – The Rajah

Pada 19 November 1966, Lee Morgan pergi ke Englewood Cliffs, New Jersey. Di studio rekaman Rudy Van Gelder, Morgan membawa pemain: saksofon tenor Hank Mobley, pianis Cedar Walton, bassis Paul Chambers, dan drummer Billy Higgins.

Ketika mereka tiba, kwintet tersebut merekam apa yang dianggap sebagai album yang sempurna. Lagu-lagunya dipilih dengan indah, materinya dilatih dengan baik dan permainannya benar-benar menyenangkan oleh kelima musisi. Dan kemudian Blue Note Records memutuskan untuk mengesampingkan album ini.

Mengapa album ini tidak dirilis pada tahun 1966? Hal itu tetap menjadi misteri. Kabar baiknya adalah bahwa produser Michael Cuscuna menemukan gulungan pita kaset di brankas Blue Note Records pada tahun 1994, dan mengeluarkan album ini pada tahun berikutnya.

Kemungkinan alasan mengapa Blue Note mengerem album yang begitu indah ini, karena terlalu banyak album Blue Note Records yang keluar pada saat yang sama, juga keinginan untuk merilis album Morgan yang berbeda, dan konflik dengan salah satu artis lain yang merilis album, atau mungkin juga ada alasan lainnya.

“The Rajah’ dibebaskan 12 tahun kemudian, setelah Morgan ditembak mati pada tahun 1972 oleh istri iparnya Helen di Stug’s Saloon di East 3rd St. New York. Badai salju mencegah ambulan datang dengan cepat, dan Morgan kehabisan darah.

“The Rajah” memiliki suara santai dan canggih. Banyak lagi memiliki ritme latin ringan yang selaras dengan kegemaran bossa nova saat itu. Line-up lagu seperti; “A Pilgrim’s Funny Farm”, “The Rajah”, “Is That So?”, “Davisamba”, dan lagu standar “What Now My Love” serta “Once In a Lifetime”.

Hank Mobley permainannya sangat sensual disini, sementara trompet Lee Morgan seperti terdengar lirih, cerah dan merangkul, dan Cedar Walton yang memainkan piano sungguh luar biasa terutama dengan improvisasi bass yang tebal dari Paul Chambers, juga ritme hard-bop lembut Billy Haggins.

Ahmad Jailani

Menyukai jazz sejak masih di SMP. Wiraswastawan yang mulai membentuk komunitas Balikpapan Jazz Lovers pada 2008 ini juga kerap menulis artikel jazz di koran-koran lokal di Balikpapan dan sejak 2009 rutin menulis tentang jazz di akun facebook.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker