Books

Virus itu bernama “Virus Setan!”

Resensi buku Slamet Abdul Sjukur – Virus Setan: Risalah Pemikiran Musik

Judul: Virus Setan: Risalah Pemikiran Musik
Pengarang: Slamet Abdul Sjukur, Erie Setiawan (editor)
Jumlah halaman: 106
Penerbit: Art Music Today Publishing (Yogyakarta, 2012)

“…sebetulnya sumbangan  musik untuk dunia itu nggak ada. Tetapi, itu menurut orang yang tidak tahu musik…”
– Slamet Abdul Sjukur

Slamet Abdul Sjukur - Virus Setan: Risalah Pemikiran Musik
Slamet Abdul Sjukur – Virus Setan: Risalah Pemikiran Musik

Kutipan di atas membuka “ocehan” Slamet Abdul Sjukur dalam bukunya yang sudah terbit, diberi judul Virus Setan: Risalah Pemikiran Musik. Berisi fragmen pemikiran musik terkini dari seorang Slamet, komponis juga dedengkot musik kontemporer Indonesia, buku ini bertujuan menginvasi ruang berpikir pembaca lewat uraian-uraian multi-perspektif soal musik.

Topiknya terbagi atas enam bab, mulai dari obrolan ringan seputar pengalaman hidup dan berkarya di negeri orang, kritik sosio-musikal, hingga pandangan Slamet tentang kekinian musik pada era globalisasi ini (bab Globalishalom). Selain itu terdapat pula tanggapannya perihal polemik sistem pendidikan yang ideal di tanah air (bab Formal versus Padepokan) serta “bedah musik” meliputi aspek fisik, fungsi, maupun historis.

Turut dipaparkan juga gagasan Slamet yang disebut minimax, sebagai falsafah hidup dan berkaryanya –  sebuah kerangka berpikir di mana “Keterbatasan bukanlah halangan untuk menjadi kreatif, suatu sikap yang realistis dan ulet karena gairah” (hal. 46-51).

Buku ini menarik dan penting untuk disimak, mengupas berbagai permasalahan [musik] mendasar yang seringkali luput dari penglihatan orang kebanyakan hingga akademisi sekalipun. Disajikan dalam tutur bahasa yang personal tanpa pretensi, sederhana tanpa bermaksud menggampangkan, juga selipan-selipan intermezzo yang seringkali bikin telinga panas sekaligus terpingkal, Virus Setan wajib dimiliki (dan dibaca, tentunya) oleh pelaku, pemikir, pencipta, atau siapapun yang menaruh perhatian terhadap musik.

Mengutip kalimat tukang sunting Erie Setiawan, “Pelan-pelan saja, tidak perlu buru-buru dalam membacanya, yang penting sluman-slumun-slamet.”

 

Thomas Y. Anggoro

Lulusan ISI Yogyakarta. Telah meliput festival di berbagai tempat di Indonesia dan Malaysia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker