ClinicFestivalJava Jazz Festival

Klinik Musik Prasanna: Rāga di Dalam Jazz

Prasanna ingin menjadi dirinya sendiri dengan tidak memperumit caranya. Ia menemukan cara mudah yang paling natural untuk menjadi unik, yaitu kembali ke akar Karnatik-nya (musik India Selatan). Menjadi bukan Pat Metheny, bukan John Scofield, tapi tanpa berumit-rumit tidaklah semudah yang disebutkannya. Musik India adalah praktek ketaatan dan disiplin keras. Bayangkan saja, sebuah rāga dapat mengandung scale yang berbeda cara mendaki (aaroha) dan menurunnya (avroha). Ia memperdengarkan contoh scale yang jika dimainkan ke arah nada lebih tinggi berjumlah lima nada, sementara jika dimainkan ke arah nada lebih rendah terdiri dari tujuh nada. Musisi seolah-olah berdosa jika sengaja/tidak sengaja menambahi yang lima jadi enam.

Contoh disiplin lainnya (disiplin-disiplin ini analog dengan musik klasik Eropa) terdengar dari ketepatan jumlah ayun legato. Sepotong kata dari sebuah lagu klasik India diambilnya sebagai contoh; tiga silabel dinyanyikan tepat dalam tiga gerakan bibir dengan nada yang mengayun di sekitar tiga nada tersebut jika ditotal berjumlah tujuh. Pada instrumen gitar ini diadaptasi sebagai tepat tiga petik/stroke digunakan untuk tujuh nada. Mengenai hunbungan nyanyian dengan instrumen musik seperti halnya contoh tadi, pengajaran musik India klasik (khususnya India Selatan) memang lewat vokal, bahkan untuk alat ritmik tabla.

prasanna

Di awal perkenalan, Prasanna mempertunjukkan salah satu dari 72 rāga dalam musik Karnatik dalam tuning gitar yang seluruhnya hanya ada nada E dan B. Ia bermain sembari secara konsisten memetik sebuah nada dalam posisi open string; terdengar seperti drone pemain sitar latar dalam posisi leher sitar tegak. Seolah memainkan sitar, Prasanna mengayun nada menggunakan teknik slide yang dilakukan secara cepat sehingga intonasinya jelas dan tepat. Secara visual jarak slide-nya cukup jauh (lagi-lagi seperti sitar) dan ia pun berusaha menggunakan up stroke (arah memetik yang tidak umum) untuk menjiwai rāga klasik.

Untuk contoh-contoh berikutnya ia kembali ke tuning standar dan bergerak ke wilayah jazz. Secara kebetulan karib lamanya bereuni di Java Jazz kali ini, yaitu Rubens De La Corte (gitaris Sao Paulo, Brazil, rombongan Eliane Elias). Rubens mengiringi “The Girl From Ipanema” yang diisi Prasanna dengan improvisasi bebop, blues, maupun rāga. Memang warna rāga sangat kuat, apalagi saat bermain di luar tempo, sebab disiplin tetap diterapkan sehingga melodi Karnatik tetap dapat dikenali. Namun, ia melekat tanpa menjadi tempelan asing. Suntikan rāga menjadi sesuatu yang segar (kontemporer). Sebuah contoh fusi menarik kembali ia peragakan berikutnya dengan menabrakkan funk dengan “permainan tabla” dari mulutnya. Maksud tabrakan di sini adalah keduanya sering berada dalam tempo berbeda, strumming gitar funk pada empat hitungan, sedangkan tabla pada lima hitungan. Di bagian akhir, nomer modal Coltrane dengan dua kord, “Impression”, memberi lanskap lebih luas bagi eksplorasi Prasanna; satu lagi edisi East meet West yang sukses menemukan jalannya.

***

Prasanna telah mengemas konsep bermusiknya lewat DVD pelajaran “Ragamorphism” yang juga bisa diperoleh selama Axis Java Jazz Festival berlangsung.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker