News

Paten Etnik Krakatau di Ultah Perak

Usai hujan yang mengguyur, basmalah tentu utama agar berkah terus mengalir saat beralih membuka urusan berikutnya. Demikian Dwiki Dharmawan melafadzkannya dalam “Bubuka” yang mengemas perayaan ulang tahun ke-25 dalam nuansa syukur (22/10/09). Wajar saja ada keistimewaan dari mencapai tahun perak. Ini karena langgeng mencapai usia segitu tidak pernah dibayang-bayangkan sebelumnya, dijalankan saja hingga kesampaian juga. Jam session Donny Suhendra, Budhy Haryono, Pra Budidharma, dan Dwiki di Bumi Sangkuriang (Bandung) medio 80-an ternyata berbuah paten identitas Krakatau di telinga penikmat musik.

krakatau-bentara-budaya
Ade Rudhiana sedang memainkan kendang sunda, sementara Dwiki Dharmawan memainkan gamelan dan Budhi Haryono memainkan taganing

Sempat terlintas di benak bahwa bakal ada reuni, nih. Tidak tepat begitu jadinya. Reuni memang iya, mengingat formasi sekarang cukup lama vakum tampil bareng (kecuali insidental, saat konser amal Jazz For West Java lalu). Akan tetapi, malam itu tidak ada nostalgia era fusion lampau Yamaha Light Music Contest s.d. Band Explosions (1985) atau jaman “Kembali Satu” (1989) misalnya. Yang jadi ultah adalah Krakatau yang mapan dengan pencapaian artistik etniknya. “Etnik” adalah label yang kini dominan melekat. Ini berkat penjelajahan berliku yang dijejak album persimpangan “Mystical Mist” (1994). Namun, berkaitan dengan reuni, Dwiki sempat mencetuskan bahwa tema Krakatau pasts-and-presents akan digarap tahun 2010. Toh, ulang tahun seperempat abad tidak harus dirayakan bersuasana nostalgia. Tetap ada bonus, sih. Budhy (lama juga tidak kelihatan) beradu solo dengan kendang dalam dolanan “Tugu Hegar “ dan menabuh taganing di “Tareek Pukat”.

“Two Worlds” (2006) menjadi milestone identitas baru Krakatau. Selain perkara tumbuh-dewasa, besar pula pengaruh ekspos pergaulan intens dengan beragam jazzer dunia selama tur keliling bagian utara Benua Amerika pada musim panas 2004. Groove funk, ketuk tilu, straight-ahead, didong, tembang, kidung dan atraksi solo saling baur, luwes membuka-tutup sekatnya. Dua dunia ini kadang menapaki jalan yang sama (suatu kebetulan yang direkayasa), kadang terpisah enharmonis, kadang benar-benar egois berada di sudut masing-masing (biasanya karena menangnya si karakter kuat: musik Sunda).

Pameran foto dan memorabilia turut menjadi bagian perayaan yang digelar Bentara Budaya Jakarta ini. Sebuah gitar dekatonal (dengan peletakan fret-nya yang khusus, sekilas seperti jejak cakar ayam) yang dipamerkan menjadi jejak keseriusan Pra mengambil peran arsitek khazanah Sunda dalam wujud kontemporer. Ia pun turut merancang perangkat bonang yang dimainkan Zainal Arifin. Tiga kompleks bonang tersebut memuat sekaligus dua skala tradisi, yaitu Pelog dan Slendro. Perubahan skala ini terdengar saat permainan bergeser ke kompleks sisi kiri. Krakatau juga makin mumpuni sejak dipersenjatai ornamentasi vokal Ubiet dan permainan rapat Gerry Herb. Sementara itu, gawang musik tradisi grup ini masih dikawal ketat kreatifitas Yoyon Dharsono dan Ade Rudhiana yang terbuka terhadap pakem-pakem lain.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker