Profile

Hugh Masakela

Ada sejarah panjang percakapan musik jazz Inggris dan Afrika Selatan. Kembali ke tahun 1970-an, lebel rekaman OGUN mulai mendokumentasikan kolaborasi antara musisi jazz Afrika Selatan di pengasingan dan beberapa pemain jazz bebas yang berapi-api di Inggris.

Selama apartheid, sementara jazz menjadi musik perlawanan di Afrika Selatan (dengan musik paling radikal yang direkam untuk lebel As-Shams), banyak musisi melarikan diri ke Eropa. Eksodus mengikuti Pembantaian Sharpeville tahun 1960 di mana 69 pengunjuk rasa mati ditembak mati pada demontrasi damai Kongres Pan Afrika melawan Undang-Undang yang berlaku.

“Upaya pembungkaman negara mengambil banyak bentuk”, tulis Gwen Ansell tentang tindakan keras pasca-Sharpeville dalam bukunya “Soweto Blues: Jazz, Populer Music, and Politics in South Africa”.

“Penutupan ruang terakhir untuk berekspresi, upaya mengganti wacana perkotaan dan kesadaran politik dengan pengganti kesukuan sintetis, penciptaan gangguan, dan mendorong meningkatkan seniman di pengasingan”.
Hugh Masakela, Miriam Makeba, Jonas Gwangwa, dan Abdullah Ibrahim, hanyalah beberapa dari mereka yang akan berangkat ke Eropa. Mereka segera bergabung dengan grup yang berbasis di Cape Town yang musisinya akan memiliki pengaruh besar di kancah jazz Inggris.

The Blue Notes, yang line-up nya menampilkan: pendiri Chris McGregor pada piano, Mongezi Feza pada trompet, Dudu Phukwana pada alto saksofon, Nikele Moyake pada tenor saksofon, Johnny Dyani pada bass, dan Louis Moholo pada drum, berangkat ke Antibes Jazz Festival di Prancis pada tahun 1964, sebelum menetap di London setelah residensi di Ronnie Scott’s.

Tony McGregor, saudara mendiang Chris McGregor menjelaskan; “Saya pikir salah satu hal tentang jazz adalah bahwa orang-orang yang bermain jazz umumnya dalam diri mereka adalah orang-orang yang bebas dan mereka memainkan jenis musik yang bebas. Dan akan menjadi sangat sulit untuk bebas dalam masyarakat di mana ada semua hukum dan peraturan yang mengatur kehidupan mereka”.

Diantara mereka yang menetap di London adalah bassis, pemain cello, dan pemain band Harry Miller. Tiba dari Cape Town pada akhir 1960-an, bassis kelahiran Johannesburg dengan cepat membenamkan dirinya dalam free jazz dan avant-garde Inggris.

Miller bermain di kelompok Brotherhood of Breath dan sejumlah ansambel eksperimental seperti grup progresif rock Keith Tippett, Centipede, kuartet Mike Osborne-John Surman, kuartet Mike Westbrook, juga dengan sesama musisi di pengasingan Afrika Selatan, Dudu Phukwana di album, “Dudu Phukwana and the Spears”.

Hubungan musik dan persahabatan dekat yang dibuat selama awal 1970-an memberi Miller, istrinya Hazel dan sound engineer Keith Beal, ide untuk lebel baru, yang akan mendokumentasikan interaksi kreatif antara pemain jazz Inggris dan Afrika Selatan. Nama untuk lebel ini adalah OGUN Records dan telah merilis lebih dari 50 album sejak debutnya pada tahun 1974. Setelah kematian tragis Harry Miller dalam kecelakaan mobil pada tahun 1983.

Hazel Miller mengambil alih lebel dengan merilis setidaknya tiga piringan hitam setiap tahun.

(Keterangan photo) Hugh Masakela adalah salah satu musisi Afrika Selatan yang eksodus ke Inggris.

Ahmad Jailani

Menyukai jazz sejak masih di SMP. Wiraswastawan yang mulai membentuk komunitas Balikpapan Jazz Lovers pada 2008 ini juga kerap menulis artikel jazz di koran-koran lokal di Balikpapan dan sejak 2009 rutin menulis tentang jazz di akun facebook.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker