Java Jazz FestivalNews

Richard Elliot, Rick Braun, dan Dave Koz di A3 BNI Hall: Lebih dari sekadar “Elevator Music”

Masih ingatkah anda akan apa yang menjadikan kunjungan ke toko buku, department store, mal, dan tempat-tempat umum lainnya menjadi terasa lebih rileks dan berwarna? Bisa jadi jawabannya adalah musik latar yang diputar di setiap tempat tersebut. Publik di Amerika Serikat (AS) pada umumnya mengenal musik latar sebagai elevator music, sedangkan publik pendengar musik jazz lebih suka menyebutnya smooth jazz.

Melihat dari line up musisinya, smooth jazz sepertinya sengaja dijadikan tema di A3 BNI Hall pada CLEAR Java Jazz Festival (JJF) 2014 Jumat (28/2) lalu. Adalah Richard Elliot dan rekan duetnya dalam album R n R, Rick Braun, serta rekannya dalam album Summer Horns, saksofonis Dave Koz, yang siap membuat Anda terhanyut dalam nada-nada yang easy listening. Masih di tempat yang sama dengan tempat ketiga musisi tersebut tampil, David membawakan lagu-lagu dalam Summer Horns bersama Richard, Mindi Abair dan Gerald Albright pada Sabtu (1/3) dan Minggu (2/3).

Foto oleh Griven/WartaJazz
Foto oleh Griven/WartaJazz

Sebelum memperkenalkan dirinya yang datang jauh dari San Diego, California, Richard Elliot mengawali malamnya di JJF 2014 dengan sebuah lagu dari R n R  bersama Rick Braun. “Who” dari album Chill Factor dimainkan oleh Richard tidak lama setelah itu. Dengan menggunakan electric wind instrument (EWI), ia juga menampilkan salah satu lagu ciptaan Marvin Gaye, “Inner City Blues”, yang kemudian dipopulerkan oleh Grover Washington Jr., seorang saksofonis yang memberikan banyak pengaruh pada musik Richard.

Foto oleh Griven/WartaJazz
Foto oleh Griven/WartaJazz

Masih di A3 BNI Hall, malam itu Rick Braun tampil bersama Gregg Karukas, kibordis pemenang Grammy untuk kategori Best New Age Album untuk Echoes of Love pada tahun lalu. Richard mengawali penampilannya dengan “Hollywood & Vine” yang diciptakan oleh dirinya dan Brian Culbertson, rekan satu label rekamannya pada tahun ’90-an di Mesa/Bluemoon. Lebih dikenal sebagai seorang trumpeter dan flugelhornis, Rick menunjukkan bakat menyanyinya pada lagu “Shake Your Body (Down to The Ground)” dari album Human Nature. Rick bersama dengan rekannya di grup BWB, gitaris Norman Brown dan saksofonis Kirk Whalum, membuat album tersebut sebagai bentuk penghargaan terhadap salah satu inspirasi mereka, yaitu Michael Jackson.

Foto oleh Sheyka/WartaJazz
Foto oleh Sheyka/WartaJazz

Di antara ketiga musisi smooth jazz yang tampil di A3 BNI Hall hari itu, Richard Elliot adalah musisi yang tampil dengan pembawaan paling tenang. Rick Braun yang tampil setelahnya tidak malu-malu melakukan pemanasan berupa 5 kali push-up dan lari-lari kecil di depan penontonnya sebelum menyanyikan lagu milik Bill Withers, “Use Me”. Tak lupa Rick juga memperkenalkan pasangan duetnya malam itu, yaitu saksofonis kelahiran Hawaii, Michael Paulo. Michael yang cukup sering tampil di JJF itu berduet dengan Rick pada “Q It Up” dari R n R dan di “Grazing in the Grass” yang dipopulerkan oleh saksofonis berkebangsaan Afrika, Hugh Masekela.

Foto oleh Griven/WartaJazz
Foto oleh Griven/WartaJazz

Jam sudah menunjukkan waktu tengah malam di A3 BNI Hall, tapi penonton seperti tidak ada yang mau beranjak pergi setelah Rick Braun selesai tampil. Benar saja, beberapa menit kemudian Dave Koz tampil membawakan lagu-lagu lawasnya dari album The Dance, yaitu “Together Again” dan “Know You By Heart”, serta “Emily” dari album debutnya, Dave Koz, dan “All I See Is You” dari Saxophonic. Dalam sekejap senyum sumringah terlihat jelas di wajah sebagian besar penonton, apalagi saat ia memainkan “You Make Me Smile” dari album The Lucky Man, serta “Keliru” yang dipopulerkan oleh Ruth Sahanaya. Pria yang juga memiliki siaran radio berjudul “Dave Koz Radio Show” itu memang sukses membuat dirinya dicintai oleh publik di Indonesia dengan lagu-lagunya yang mudah didengar dan cenderung down tempo.

Sebagai musisi yang sering tampil di JJF, Koz mengaku kagum dengan dedikasi dan komitmen para penyelenggara acara tahunan itu dalam mempromosikan musik jazz selama 10 tahun di Indonesia. “Aku cinta Indonesia,” katanya berkali-kali, sambil disambut riuh dan tepukan dari penonton. Bukan Dave Koz namanya jika tidak tampil penuh dengan raut muka gembira dan kesan mellow romantis dari lagu-lagu yang dibawakannya.

Foto oleh Griven/WartaJazz
Foto oleh Griven/WartaJazz
Foto oleh Sheyka/WartaJazz
Foto oleh Sheyka/WartaJazz

Mungkin saja tidak hanya jumlah fans Richard Elliot, Rick Braun, dan Dave Koz yang bertambah banyak malam itu di A3 BNI Hall, tapi juga fans dari Randy Jacobs. Terang saja, gitaris dari Detroit, Michigan, itu banyak disanjung sebagai calon musisi hebat oleh Rick yang berasal dari negara bagian sesama anggota area Barat Tengah (midwest) AS, yaitu Pennsylvania. Randy sendiri mengawali karirnya di musik jazz sejak usia 13 tahun. Penampilan duetnya dengan Richard pada Jumat lalu pada “Retro Boy” dari album Rock Steady adalah yang pertama kali baginya di JJF. Bersama basis Nathaniel Kearney Jr., Randy juga diminta memimpin penonton untuk menyanyi bersama dalam lagu “Can’t Let You Go (Sha La song)” dari The Dance milik Dave Koz.

Foto oleh Sheyka/WartaJazz
Foto oleh Sheyka/WartaJazz

Bagi kaum non-puritan, smooth jazz mungkin terasa spesial. Kesan membosankan dari genre musik itu bisa langsung terlupakan begitu melihat penampilan secara langsung dari para musisinya. Rasanya tentu juga beda; lagu-lagu smooth jazz sebagai lagu latar untuk beraktivitas, dan lagu-lagu smooth jazz sebagai musik yang benar-benar dimainkan oleh manusia—bukan mesin—yang tersenyum setulus senyum Richard Elliot, Rick Braun, dan Dave Koz pada Jum’at lalu di A3 BNI Hall, Jakarta International Expo, Kemayoran. (Sheyka Nugrahani/WartaJazz)

Thomas Y. Anggoro

Lulusan ISI Yogyakarta. Telah meliput festival di berbagai tempat di Indonesia dan Malaysia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker