News

Korelasi Jazz dengan Gerakan Black Lives Matter? (bagian ketujuh)

Korelasi Jazz dengan Gerakan Black Lives Matter?

Selain kebebasan dalam karya musik, jazz juga menjadi perjuangan simbol kebebasan dan kesetaraan kelompok kaum kulit hitam Amerika .
Melalui musik jazz, musisi kulit hitam menyuarakan aspirasinya tentang diskriminasi terhadap kelompok kulit hitam yang masih terus terjadi saat ini.
Melodi dan lirik lagu yang diciptakan merupakan suara hati kelompok kulit hitam sejak lama, yang disadari atau tidak, terus ditindas serta diperlakukan berbeda dan tidak adil.
Semangat tersebut sejalan dengan gerakan hak sipil yang digaungkan masa itu. Gerakan hak sipil (Civil Rights Movement) yang dipimpin oleh Martin Luther King Jr pada 1950-1960-an membakar api semangat kelompok kulit hitam untuk memperjuangkan kesetaraan hak. Gerakan ini juga menginspirasi munculnya gerakan lain seperti Black Power yang dipopulerkan oleh aktivis hak sipil kulit hitam Stokely Carmichael pada tahun 1960.
Dalam pidato dan bukunya Martin Luther King Jr mengingatkan pentingnya peran musik dalam menyuarakan Civil Rights Movement.
Ia pernah mengatakan; “Lagu kebebasan berperan kuat dan penting dalam perjuangan kita”. Dalam bukunya yang berjudul “Why We Can’t Wait” (1964), ia juga menyebut bahwa; “lagu adalah jiwa dari pergerakan”.
“Nyanyian lagu kebebasan hari ini untuk alasan yang sama dengan para budak menyanyikannya dulu, karena kita saling terikat dan lagu-lagu itu memberikan harapan atas tujuan kita, yaitu kita akan mengatasinya bersama, baik kelompok hitam maupun putih”, sebut King dalam bukunya.
Sejumlah karya musisi jazz ternama pun menggemparkan dunia musik Amerika sebagai bentuk protes atas situasi yang terjadi saat itu.
Salah satu peristiwa yang menarik perhatian para musisi adalah peristiwa pengeboman The 16th Street Baptist Church di Birmingham, Alabama, 15 September 1963. Keprihatinan mereka kemudian dituangkan ke sejumlah karya.
Aksi teror tersebut dilakukan oleh empat anggota Ku Klux Klan, kelompok radikal yang ingin mempertahankan supremasi kulit putih.
Mereka meledakkan 15 batang dinamit di basement gereja. Akibatnya empat anak keturunan kulit hitam tewas dan 23 orang terluka.
Peristiwa tersebut memantik aksi protes kelompok kulit hitam, termasuk musisi: Nina Simone dan John Coltrane.
Nina Simone penyanyi dan pianis jazz sekaligus aktivis hak sipil, kemudian menciptakan lagu berjudul, “Mississippi Goddam” pada 1963. Setahun berikutnya John Coltrane mengeluarkan karya yang berjudul, “Alabama”.
Bentuk protes melalui musik juga disuarakan oleh Charles Mingus pada 1959 atas peristiwa pencegatan The Little Rock Nine.
Lagu yang berjudul, “Fables of Faubus” memprotes tindakan Geburnur Arkansas, Orval Faubus yang memerintahkan Arkansas National Guard untuk mencegah sembilan siswa kulit hitam masuk ke sekolah kulit putih. (Bersambung).
(Keterangan photo) Nina Simone.

Ahmad Jailani

Menyukai jazz sejak masih di SMP. Wiraswastawan yang mulai membentuk komunitas Balikpapan Jazz Lovers pada 2008 ini juga kerap menulis artikel jazz di koran-koran lokal di Balikpapan dan sejak 2009 rutin menulis tentang jazz di akun facebook.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker