Festival

Ligro Pukau Penonton JTF dengan Seng, Penggorengan dan Paku

Tidak salah jika Idang Rasjidi sempat memuji Ligro Trio. Karena grup jazz ini memang memukau. Bukan hanya permainan bass, gitar, drum dan pianonya tapi juga seng, paku, palu dan penggorengan yang dipukulnya bisa menghasilkan alunan jazz.

Ya, itulah yang berbeda dari Ligro Trio. Mungkin itu pula sebabnya, grup ini dinamakan Ligro kebalikan dari Orgil (orang gila). Begitulah Agam gitaris memperkenalkan nama grup yang digawanginya. Tentu saja, nama itu bukanlah menggambarkan gangguan kejiwaan tapi betapa berbedanya konsep musik yang mereka mainkan.

Ligro memang memiliki ciri khas tersendiri. Seringkali grup yang terdiri dari Agam Hamzah gitaris, Adi Darmawan basis dan Hendy drummer yang juga personel Gigi menambahkan instrumen musik di luar jazz. Menurut Adi, pernah Agam tampil dengan menambahkan efek mobil. “Saya melihat asyik juga kalau ada warna suara lain. Sifatnya natural. Makanya kita tambahkan paku, palu, penggorengan dan seng. Ternyata komposisinya cukup nyambung,” kata Adi setelah bermain di Djarum Super Mild Jazz Traffic Festival di Grand City Convex Surabaya, Minggu (27/11/2011) yang digelar Radio Suara Surabaya.

Meski menggunakan instrumen tambahan tapi tidak mengubah nuansa jazz. Dengan imbuhan rock yang khas, jadilah musik ala Ligro Trio. Penampilan istimewa juga ditunjukkan ketika Ligro tidak hanya bertrio. Sebab, ada Ade Irawan yang sebelumnya disebut Idang Rasjidi sebagai <i>The Indonesian future of jazz</i>. Ade merupakan pianis berusia 17 tahun yang beberapa waktu lalu tampil solo di Gedung Opera Sydney.

Sebagai pemain muda yang berkolaborasi dengan senior di Ligro Trio, ternyata Ade bisa mengimbanginya tanpa menemui masalah. Dentingan pianonya yang penuh semangat mampu mengiringi permainan ketiga seniornya. Tepukan meriah dan teriakan kekaguman langsung dilontarkan penonton arena outdoor Stage C setiap Ligro selesai memainkan lagu.

Tidak cuma rock, tapi musik kontemporer, etnik dan India sangat menonjol dibawakan Ligro. “Banyak sekali unsur musik di luar jazz yang kita tambahkan,” imbuh Agam.

Kurang lebih 6 komposisi dimainkan Ligro dalam event Djarum Super Mild Jazz Traffic Festival. Diantaranya Belicare, Belicare 2 yang ditambah dengan instrumen seng dan paku, Radioaktif, Shamanspot ciptaan Idang Rasjidi dan Orgil ciptaan Yose khusus untuk Ligro.

Tampil dalam festival jazz terbesar di Surabaya menjadi sebuah kegembiraan bagi Ligro. Meski masalah panggung dan sound, menurut Agam, masih menjadi kendala festival jazz perdana ini.(*JTF)

Agus Setiawan Basuni

Pernah meliput Montreux Jazz Festival, North Sea Jazz Festival, Vancouver Jazz Festival, Chicago Blues Festival, Mosaic Music Festival Singapura, Hua Hin Jazz Festival Thailand, dan banyak festival lain diberbagai belahan dunia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker