News

Riwayat jazz Salamander Big Band dan Ack van Rooyen dalam “A Jazz Life”

Liputan konser A Jazz Life: Salamander Big Band Meets Ack van Rooyen, GoetheHaus Jakarta, 10 September.

“Menjadi tua itu tidaklah mudah. Saya pernah muda namun kalian belum pernah tua,” canda Ack van Rooyen di sela-sela konser bertajuk A Jazz Life, Rabu malam (10/9). Kesan humoris itulah yang ditampilkan oleh Ack, seorang peniup Flügelhorn legendaris dari negeri Belanda yang kini menginjak usia 84 tahun. Bertempat di GoetheHaus di bilangan Menteng, Jakarta Pusat, pertunjukan malam itu digelar untuk mengenang Jerry van Rooyen dan Rob Pronk sekaligus merayakan ulang tahun Salamander Big Band, sebuah ansambel jazz kelahiran Bandung delapan tahun silam.

Ayunan santai “Shiny Stockings” milik Frank Foster beserta lirik tulisan Ella Fitzgerald mengawali putaran. Tampil komplit, Salamander Big Band dengan penyanyi utama merangkap pianis Imelda Rosalin suguhkan aransemen tipikal big band, yang ingatkan pada bunyi khas Count Basie di era 1950-an. Selepas mendapat sambutan penonton yang memadati arena pertunjukan, kondakter Devy Ferdiyanto lalu mengundang sang bintang tamu, Ack van Rooyen untuk naik panggung.

Salamander_01_res

Pemain Flügelhorn octogenarian tersebut melangkah perlahan dan mulai berkisah, “Pertama kali saya menginjakkan kaki di Indonesia sudah lama sekali, sekitar tahun 1946,” papar Ack dengan suara agak bergetar. Ia meneruskan, “waktu itu Perang Dunia II belum lama usai, dan semasa di Indonesia saya berkeliling ke Pulau Jawa, Bali, Kalimantan dan Sulawesi serta banyak hal menarik yang saya temukan, antara lain lambaian nyiur hijau di tepi pantai. Sangat menakjubkan,” kenangnya. Tak lama berselang, ia pun mulai memainkan “Moonlight Serenade” gubahan Glenn Miller lewat tiupan merdu, teriring paduan bunyi balladic Salamander.

Walau telah berusia senja, namun Ack tak sedikitpun mati gaya. Terlihat dirinya sesekali menari dan tampilkan gerak teatrikal seiring motif ritmis yang seolah menjadi musik latar atas “Walkin’ Tiptoe.” Berlanjut dengan “Sinta,” komposisi Rob Pronk yang mencoba untuk berikan sentuhan etnik Jawa-Bali, lampirkan solo piano Imelda di dalamnya. Berhasil atau tidak, kembali kepada jangkauan preferensi audiens yang tak mungkin seragam.

Salamander_06_res

Salamander_02_res

Menambah format besar Salamander Big Band adalah Salamander Voices, lini vokal SATB yang nyanyikan sejumlah tembang antara lain alunan “Di Bawah Sinar Bulan Purnama,” “It Could Happen To You” dan detak swing “Route 66.”

Kembali naik panggung, Ack berkata, “dalam jazz ada yang namanya improvisasi. Menurut kamus, improvisasi berarti membuat yang mustahil menjadi mungkin,” selorohnya. “Selain itu, terdapat pula Fragen und Antworten (tanya-jawab, red.) dalam kalimat musik,” terang Ack. Ia pun mempraktekkan langsung penjelasan tersebut, dengan meminta hadirin menjawab ‘pertanyaan’ dari tiupan Flügelhorn miliknya. Mulai dari penggalan Simfoni No.5 Beethoven sampai “Colonel Bogey March” yang ditampilkan jenaka, sebelum menuju “For Heaven’s Sake.”

Salamander_03_res

Berikutnya adalah laju swing cepat “Day In, Day Out,” lalu sentuhan bossa nova “Começar de Novo” dan manisnya tiupan Flügelhorn Ack van Rooyen atas balada “Because I Love You.” Pertunjukan berakhir lewat nomor ekstra “Mood Indigo” yang birama penutupnya terdengar licin seperti belut.

Salamander_04_res

Secara keseluruhan, konser malam itu sukses menghadirkan audiens yang memenuhi deret bangku penonton tanpa sisa, bahkan tampak beberapa terpaksa berdiri hingga akhir acara. Repertoar yang dibawakan Salamander Big Band cukup bervariasi dan kehadiran Ack van Rooyen, baik permainan maupun kelakarnya mampu  hangatkan suasana. Namun, di beberapa bagian tampak eksekusi bunyi yang terasa ragu dan sedikit timpang antara Rhythmusgruppe dan seksi tiupnya, baik pemilihan sound maupun tembakan serentak  tutti dan unison atasnya.

Bagaimanapun, untuk dapat bertahan dan tetap eksis selama delapan tahun di panggung jazz [di] Indonesia bukanlah perkara mudah, mengingat langkanya formasi ansambel jazz seperti Salamander Big Band ini, dan itulah salah satu hal yang patut diapresiasi oleh pecinta jazz di tanah air. Selamat ulang tahun untuk Salamander Big Band, semoga berumur  panjang dan semakin mengayun di masa yang akan datang!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker