NewsOpini Jazz

Mari Merayakan International Jazz Day

International Jazz Day
International Jazz Day

Sejak UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) pada tahun 2011 memutuskan bahwa setiap tanggal 30 April adalah Hari Jazz Sedunia (International Jazz Day) maka jazz sudah bukan hanya sekedar sebuah genre musik dari sekian banyak genre musik yang hadir di dunia ini. Jazz sudah menjadi bagian dari sebuah budaya yang ikut mewarnai dunia ini. Mengutip dari pernyataan pianis Herbie Hancock yang ditunjuk sebagai Duta UNESCo untuk Dialog Antar Budaya melalui jazz “Jazz is really about the human experience. It’s about the ability of human beings to take the worst of circumstances and struggles and turn it into something creative and constructive. That’s something that’s built into the fiber of every human being. And I think that’s why people can respond to it. They feel the freedom in it. And the attributes of jazz are also admirable. It’s about dialogue. It’s about sharing. And teamwork. It’s in the moment, and it’s nonjudgmental.” dari pernyataan itu sudah jelas titik tolaknya bagaimana akhirnya UNESCO merasa perlu untuk merayakan Hari Jazz Sedunia, di website dari International Jazz Day dijelaskan bahwa “International Jazz Day” menyatukan masyarakat, sekolah, seniman, sejarawan, akademisi, dan penggemar jazz di seluruh dunia untuk merayakan dan belajar tentang jazz dan akarnya, masa depan dan dampaknya, meningkatkan kesadaran akan perlunya dialog antarbudaya dan saling pengertian dan memperkuat kerjasama, komunikasi internasional. Jazz diharapkan bisa mempromosikan perdamaian, dialog antar budaya, keragaman, penghormatan hak asasi manusia dan martabat manusia, memberantas diskriminasi, mempromosikan kebebasan berekspresi, mendorong kesetaraan gender dan memperkuat peran pemuda dalam memberlakukan perubahan sosial.

Lalu bagaimanakah kita merayakan International Jazz Day, bagaimana relevansinya pada diri kita masing-masing, terutama sebagai penggemar musik jazz, apakah setelah menggemari jazz musik ini juga mengubah pandangan-pandangan kita, apakah menambah wawasan kita, tentu tidak hanya wawasan musik tapi juga wawasan berpikir kita. Tentu hal ini tergantung sejauh mana kita mengapresiasi jazz, tidak sekedar mendengarkan tapi juga menangkap spirit dari Jazz. Untuk hal ini salah satunya bisa dilakukan dengan merunut dan mengetahui sejarah musik jazz dari kemunculannya sampai pada perkembangannya, karena perkembangan musik jazz selalu tidak hanya pada bahasa musikalnya tetapi selalu disertai dengan berbagai perubahan sosial, akulturasi budaya dan pemikiran-pemikiran dalam melihat situasi pada saat itu dari para pionir-pionir maupun musisi-musisi yang membawa perubahan dari tiap genre. Kesetaraan, pembebasan, dialog, keterbukaan dan kerjasama selalu ada dan menjadi spirit setiap permainan jazz dan ini sering yang menimbulkan kepekaan para pemain-pemainnya maupun apresiannya pada hal-hal kemanusiaan, “Jazz is a symbol of the triumph of the human spirit, not of its degradation.” demikian yang dinyatakan oleh saxophonist Archie Shepp. Inilah Jazz yang bisa masuk kedalam dimensi manapun dari kehidupan.

Tidak ada alasan lagi bahwa jazz saat ini adalah hanya milik Amerika atau milik dunia barat, dengan adanya International Jazz Day, Jazz sudah menjadi milik dunia, semua bangsa bisa mengadaptasinya menyesuaikan dengan kultur atau akar budaya mereka masing-masing, mengembangkannya sesuai dengan kepribadian masing-masing. Semua musisi jazz dan para penggemar jazz di tanggal 30 April bersama-sama merayakannya,menyatukan spirit kebersamaan, tidak ketinggalan di negeri kita tercinta Indonesia, banyak kota-kota yang mempunyai komunitas jazz juga ikut merayakannya, jazz yang bersifat individual dan sekaligus komunal bisa dirasakan oleh semuanya. Kita harus berterimaksaih pada para pionir-pionir dan para tokoh-tokoh musik jazz yang telah menciptakan dan mengembangkannya, sehingga kita bisa menikmati dan mengapresiasi jazz seperti saat ini. Tidak ada salahnya kita menyimak sebuah lirik dari lagu “Strange Fruit” yang dinyanyikan oleh Billie Holiday, sebuah lagu yang berisi spirit perjuangan menentang ketidak adilan dalam rasisme, sekedar mengingatkan kita bahwa jazz juga melalui banyak perjuangan untuk apa yang telah dicapai saat ini.

Southern trees bear strange fruit,
Blood on the leaves and blood at the root,
Black bodies swinging in the southern breeze,
Strange fruit hanging from the poplar trees.

Pastoral scene of the gallant south,
The bulging eyes and the twisted mouth,
Scent of magnolias, sweet and fresh,
Then the sudden smell of burning flesh.

Here is fruit for the crows to pluck,
For the rain to gather, for the wind to suck,
For the sun to rot, for the trees to drop,
Here is a strange and bitter crop.

(Aji Wartono/WartaJazz)

 

Ajie Wartono

Memimpin divisi Projects & Event Management. Pernah mengikuti Dutch Jazz Meeting di Amsterdam, Belanda. Selama dua tahun dipercaya menjadi Ketua Festival Kesenian Yogyakarta (2007, 2008) selain sebagai Program Director, Bali Jazz Festival dan Ngayogjazz

3 Comments

  1. tERIMA KASIH, INFO YANG SANGAT BERMANFAAT.
    SEMOGA SEMAKIN TERBUKA PEMIKIRAN KITA TENTANG MULTIKULTUR DAN SALING MENGHORMATI SATU SAMA LAIN.
    SALAM JAZZ.

  2. Barangkali penulis mengetahui kenapa ditetapkan tanggal 30 April, bukan tanggal lainnya? Adakah alasannya?

    Terus terang saya penasaran, dan sampai saat ini belum menemukan informasi mengenai latar belakang penetapan tanggal 30 April tersebut.

    Btw, selamat hari jazz Internasional. Mari rayakan.

    SalamJazz dari saya di Sukabumi

  3. Penjelasan di Wikipedia.
    “The date of April 30 was initially proposed to position International Jazz Day as the culmination of the Smithsonian Institution’s April Jazz Appreciation Month (JAM), though no formal connection exists between JAM and International Jazz Day.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker